by. Ryan Khoirurijal
Purwokerto — Di balik senyum sederhana dan langkah bersahaja mereka, tersimpan semangat yang menyala terang. Ahad pagi (27/7/2025), aula megah Syamsuhadi Irsyad Universitas Muhammadiyah Purwokerto menjadi saksi—saat nama-nama santri dari Pondok Pesantren Ahmad Dahlan (PPAD) Kabupaten Tegal dinobatkan sebagai para juara di ajang Islamic Education Project.
Tak sekadar tampil, para santri PPAD memenangkan berbagai cabang perlombaan bergengsi yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam UMP tersebut. Prestasi gemilang itu mengukuhkan PPAD sebagai pesantren yang tak hanya unggul dalam pembinaan akhlak dan keislaman, namun juga dalam kompetisi intelektual dan kreatif di tingkat nasional.
Dalam ajang debat tingkat SMA/SMK, tim PPAD yang digawangi oleh Adam Kurniawan, Riyas Ghaza Al-Fairuzi, dan Ahmad Faiq Habibi —seluruhnya santri kelas 5— berhasil menyabet Juara 1. Tak hanya itu, Adam Kurniawan juga dinobatkan sebagai Best Speaker, sebuah pencapaian yang menunjukkan keunggulan argumentasi dan retorika yang ia miliki, meski baru pertama ia mengikuti lomba debat.
Sementara itu, Annisa Rizki Utami, santri kelas 6, turut mengharumkan nama pesantren dengan meraih Juara 3 Lomba Da’i, membuktikan kapasitas santri putri dalam menyampaikan dakwah dengan retorika yang menyentuh dan pesan yang kuat. Sedangkan M. Thufail Ali, santri kelas 5, menyumbang prestasi lain lewat Juara 2 Lomba Poster, menampilkan kreativitas visual bertema pendidikan dan keislaman.
Pihak panitia menyampaikan bahwa kompetisi ini dirancang sebagai bentuk kontribusi mahasiswa dalam mendukung penguatan karakter, kreativitas, dan kemampuan komunikasi generasi muda, khususnya pelajar dan santri dari seluruh Indonesia.
Capaian ini disambut hangat oleh keluarga besar PPAD. Pimpinan pesantren menyampaikan rasa syukur dan bangga atas pencapaian para santrinya. “Kalian sudah banyak berjuang,” sambut Dhifa Aulia Rahman mengapresiasi para juara “Jangan pernah pesimis dengan kualitas santri dan alumni kita, karena mereka penuh potensi.” ujar pengasuh yang membimbing para peserta lomba debat ini.
Kemenangan ini bukan hanya tentang piala dan sertifikat. Lebih dari itu, ini adalah pesan bahwa santri hari ini adalah pemimpin masa depan. Mereka harus mampu bersaing di panggung intelektual tanpa meninggalkan nilai-nilai spiritual yang menjadi jati diri pesantren.